Pendahulu
A. Latar Belakang
Sejak
tahun 1970-an hingga penghujung 1990, setiap penyebutan Islam Jama’ah kerap menghadirkan
pelbagai macam prasangka yang selalu negatif. Akan tetapi, seiring dengan
keterbukaan dan perubahan sikap masyarakat yang mulai menghargai keberagaman, penyebutan Islam Jama’ah tak
seburuk tahun-tahun itu - meski tak dapat ditampik prasangka buruk itu masih
ada.
Kebanyakan
masyarakat awam tak mengetahui, muasal penyebutan Islam Jama’ah yang sebenarnya
telah ada sejak adanya Islam itu
sendiri. Uniknya penyebutan jama’ah menjadi lazim saat masuk ke Indonesia.
Pasalnya selalu ada peristiwa yang bersifat politis yang membuntutinya. Sebut
saja pada zaman pergerakan nasional. Pada saat itu terdapat Syarekat Dagang
Islam yang juga gemar menyebut kata jama’ah. Lalu
pada jaman Presiden Soekarno berkuasa, DII/TII pimpinan Kartosuwiryo di Jawa
barat dan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan menggunakan kata-kata jama’ah,
untuk pengikutnya.
Penyebutan
Islam Jama’ah benar-benar mendatangkan “petaka” kira-kira pada akhir tahun
1970-an. Ketika itu terdapat organisasi yang bernama Lembaga Karyawan Dakwah
Islam Indonesia atau Lemkari. Mulanya isu penyebutan Islam Jamaah itu berhembus
karna mereka dianggap membawa ajaran baru dan mendirikan Negara Islam meski itu
di bantah mati-matian oleh anggotanya. Sosok K. H. Nurhasan yang semula hanya
seorang ulama pendiri Pesantren Burengan Kediri, seolah ikut menanggung derita
dari isu itu. Ia dituduh mengembangkan ajaran sesat dan tempat-tempat pengajian
sering diteror massa.
Tentu
tiada asap tanpa api. Salah satu penyebab stigma negatif yang berkepanjangan
terhadap mereka adalah pemberitaan media massa. Hal ini di topang dengan
tingkat pendidikan masyarakat yang masi rendah pada saat itu. Alhasil
pemberitaan negatif mengenai Lemkari langsung di amini oleh masyarakat. Parahnya
lagi, pemberitaan negatif itu terlanjur mengendap dalam benak masyarakat
sehingga melahirkan prasangka.
Akibatnya,
penyebutan jamaah pasti merujuk kepada Lemkari, bukan kepada Jama’ah Tabliq,
Ahlussunnah Wal Jama’ah, Jama’ah Islamiyah ataupun Laskar Jihad. Dan informasi
yang terpetik dari mereka selalu saja isunya sama : sesat menyesatkan.
Begitu
dahsyatnya pengaruh media, sehingga mendorong penulis untuk melakukan
penelitian, dan menuliskannya dalam bentuk buku : Islam Jama’ah di Balik Pengadilan Media Massa (Suatu Analisis Mengenai
Pembunuhan Karakter Terhadap Lemkari/LDII)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar